Sunday, August 28, 2022

Memahami CP dengan Pendekatan Understanding by Design (UbD)

 


Pendekatan UbD

Understanding by Design (UbD), oleh ahlinya, Wiggins dan McTinge (2005), disebut juga sebagai Model Susun Balik (Backward Design). Hal ini karena UbD lebih memfokuskan pada hasil belajar daripada pada proses belajar. Lebih lanjut, D'Angelo, Thoron, and Bunch (2019) menyebutkan bahwa Backward Design Model adalah model pembelajaran yang menekankan pada Tujuan Belajar sebagai Hasil Belajar sebelum merencanakan aktivitas pembelajaran. Oleh karena itu, yang pertama ditetapkan adalah Hasil Belajar, Bukti Belajar, baru kemudian Langkah Belajar. Melalui model ini pendidik dapat menyampaikan tujuan yang jelas harus terwujud di akhir pembelejaran. Dengan tujuan yang jelas tersebut, justru hasil yang lebih tinggi sering tercapai oleh para siswa. 

Secara lebih operasional, Understanding by Design (UbD) adalah sebuah pendekatan atau cara pandang terhadap pembelajaran, yang menjadi rujukan dalam mengembangkan dan memahami Capaian Pembelajaran (CP) Kurikulum Merdeka (Kemdikbudristek, 2022: 12). Pendekatan (atau pandangan) Understanding by Design (UbD) ini terwujud dalam 3 langkah, yaitu (1) Penetapan Hasil Belajar, (2) Penentuan Bukti Belajar, dan (3) Perancangan Kegiatan Belajar, agar bukti belajar terwujud (observable) dan tujuan belajar tercapai (achievable).

Ketika guru menempuh langkah 1, Penetapan Hasil Belajar (PHB), guru dapat mempertimbangkan beberapa pertanyaan berikut sebagai pemicu arah KBM: Di akhir belajar, apa yang siswa harus mampu lakukan, ketahui, dan pahami?; Materi apa yang harus diajarkan? Susunan materi seperti apa yang bisa menghantarkan siswa pada hasil belajar? Pemahaman jangka panjang apa yang diharapkan dari pembelajaran ini?

Beberapa alternatif jawaban atas pertanyaan diatas, misalnya: Setelah belajar materi kecepatan dan unsur-unsurnya, siswa dapat menghitung jarak, waktu, maupun kecepatan kendaraan. Dia akan mengetahui hubungan antar 3 unsur jarak, waktu, dan kecepatan. Siswa tersebut juga akan memahami bagaimana 3 unsur jarak, waktu, dan kecepatan dirumuskan, dihitung dan digunakan untuk memprediksi segala gerak, termasuk alat transportasi. Pemahaman jangka panjang yang siswa dapat pahami adalah kapan dan dimana arus mudik lebaran yang menggunakan transportasi darat akan mencapai puncaknya. 

Penetapan Hasil Belajar (PHB) tentunya memiliki kaitan dengan 6 Sisi Pemahaman (6 facets of Understanding), sebagai aspek-aspek yang harusnya tercapai di akhir pembelajaran. 6 Sisi Pemahaman tersebut meliputi Kemampuan Menjelaskan (Explanation), Kemampuan Menterjemahkan (Interpretation), Kemampuan Menerapkan (Application), Kemampuan Memberikan Pandangan (Perspective), Kemampuan Menunjukkan Empati (Emphaty), Memiliki Pengetahuan Diri (Self-Knowledge). 




Tulisan ini akan berusaha mengupas beberapa hal terkait pendekatan UbD ini, melalui ciri-cirinya.  



Bahan Bacaan

Kemdikbudristek (2022): Panduan Pembelajaran dan Asesmen. https://kurikulum.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2022/06/Panduan-Pembelajarn-dan-Asesmen.pdf 

https://edis.ifas.ufl.edu/publication/WC322


Sunday, August 7, 2022

REMINDERS: DON'T WAIT FOR THE PERFECT MOMENT

 

Pagi ini cerah, namun gerak belum menuju ke 'sasaran' sebuah aktifitas yang bisa memberikan hasil hari ini. Mencari trigger dengan menggali inspirasi baru, entah gambar, motto, atau pengingat. Syukurlah muncul pengingat (reminder) dari InspirationCabin.com: Don't wait for the perfect moment. Take the moment and make it perfect. Ungkapan ini tidak hanya mengingatkan tetapi juga memotivasi penulis. Karena untuk melakukan sesuatu, kadang tidak perlu menunggu waktu (moment) yang tepat. Intinya setiap waktu adalah waktu yang tepat untuk melakukan hal-hal terbaik. Hal ini sebenarnya sudah ada inspirasi dari bulan pertama tahun hijriah, yang secara kultur banyak larangan melakukan sesuatu di bulan muharram (syuro). Hal ini tidak benar, kapan saja kita akan melalukan sesuatu yang baik, lakukan saja.  

Not waiting for a perfect moment juga sejalan dengan prinsip yang kemaren penulis tetapkan, yaitu Segera Lakukan Saat Ini (SLSI). Prinsip ini ditetapkan untuk terus mendorong berjalannya program di sekolah penggerak. Ada beberapa inspirasi dari kegiatan yang dilakukan secara langsung, seperti couching, pembelajaran paradigma baru, dan digitalisasi sekolah. Couching dilakukan untuk mendorong staf untuk berbuat sebaik mungkin dalam melaksanakan program baik yang reguler maupun pengembangan. Pembelajaran paradigma baru diterapkan kepada peserta didik, yang diawali oleh komite pembelajaran. Digitalisasi dilaksanakan baik secara fisik maupun Sumber Daya Manusia (SDM). 




O, sisir itu adalah ....  Kata "sisir" secara umum adalah alat untuk merapikan rambut. Namun kata "sisir" dapat diperlua...