Wednesday, October 4, 2023




O, sisir itu adalah .... 

Kata "sisir" secara umum adalah alat untuk merapikan rambut. Namun kata "sisir" dapat diperluas sebagai kata kerja "menyisir". Kalo terkait rambut, tentu artinya menggores rambut agar rapi, ke seluruh kepala sehingga tidak ada rambut yang tidak tersentuh sisir tersebut. 

Menyisir dalam konteks lain, seperti perubahan mata anggaran BOS, misalnya, adalah memeriksa kembali seluruh kegiatan yang memunculkan transaksi di Aplikasi Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah (ARKAS) dari Kementerian Pendidikan dan Kebudyaaan, Riset dan Teknologi, serta Pendidikan Tinggi (Kemendikbud Ristek Dikti). 



KEGIATAN EKSTRAKURIKULER 2023

SMAN 6 BATAM



Penanggung Jawab        : Kepala SMA Negeri 6 Batam 
                                             Sugijarto, M.Pd. 

Pembina                          : Wakil Kepala Bidang Kesiswaan
                                            M. Hapiz, S.Ag. 

Pelatih                             : Dayat

Peserta                             
                                            1. Zainul Fikar - Kelas X
                                            2. Ikrami
                                            3. Razwan


    



Saturday, September 10, 2022

 O, TERNYATA 

Beberapa hari lalu, penulis mengikuti pelatihan. Pada pelatihan tersebut, narasumber memperkenalkan pandangan-pandangan dan prinsip baru. Ketika penulis mencoba memahami hal baru, ternyata penulis tidak dapat sepenuhnya memahami hal tersebut dengan baik. Dugaan penulis, barangkali penulis masih terpaku pada konsep-konsep lama, sehingga penulis masih terasa tidak bisa 'move on' ke konsep baru karena hal yang lama masih suka tercampur di pemahaman baru ini. Karena hal tersebut, apakah penulis perlu meng'uninstall' apa yang telah penulis pahami?

Ternyata tidak, o ternyata tidak (Rosnawaty: 2022). Dengan pemahaman yang lama tersebut, penulis tetap  bisa mencoba bermigrasi dari konsep lama ke konsep baru, tanpa melupakan konsep lama yang telah dipahami. Oleh karena hal tersebut, penulis tetap mempelajari dan mendalami konsep yang lama untuk pemanfaatan yang lain dalam konsep-konsep baru yang penulis terima. Selain itu, penulis percaya bahwa tentunya konsep taksonomi pembelajaran tidak hanya satu, dua, atau beberapa. Dari hal itulah, secara luas penulis bisa menggali dan membahas lebih jauh, taksonomi apa saja sih yang ada dan penulis dapat cari?

Berikut ini sebagian gambaran taksonomi pembelajaran yang penulis paparkan setelah membaca dan memahaminya. Paparan ini bersumber dari tulisan O'Neill dan Murphy (2010), yang menuliskan 3 taksonomi dalam artikelnya Assessment: Guide to Taxonomies of Learning. Ketiga taksonomi tersebut adalah Taksonomi Anderson dkk (2001) dan Taksonomi Bloom (1956), Taksonomi SOLO, serta taksonomi Finks. Secara lebih detail, penulis berupaya memaparkan ketiga taksonomi itu kembali dengan bahasa yang lebih mudah dan kontekstual. 

Taksonomi  Anderson dkk (2001) dan Taksonomi Bloom (1956) 

Taksonomi (baca Pembagian Belajar) milik Anderson dan Bloom relatif sama dengan taksonomi orang lain dalam hal hakekatnya: kategorisasi proses belajar pada tingkat awal harus dikuasai dulu sebelum tingkat lanjut dikuasai, seperti aturan umumnya demikian. Taksonomi awalnya terdiri dari 3 bagian atau ranah, yaitu Cognitive, Affective, dan Psychomotor. 

Di antara ketiga ranah, ranah kognitif mendapatkan perhatian yang lebih, baik pada taksonomi Anderson/Bloom maupaun taksonomi milik orang lain. Taksonomi Bloom yang telah direvisi ini memiliki kategori yang hirarkis (berurut dari bawah ke atas, atau dari sederhana ke tingkah yang kompleks), yaitu dari sekedar kegiatan mengingat ke kegiatan mencipta hal baru, dengan tahapan sebagai berikut: mengingat (remembering), memahami (understanding), menerapkan (applying), menganalisa (analyzing), mengevaluasi (evaluating), dan mencipta (creating). Pada tingkat-tingkat kegiatan kognitif tersebut ditambahkan suatu dimensi pengetahuan, yaitu dimensi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan meta-kognitif). Jadi selain ada ranah, yang biasanya dikenal dengan C-1 sampai C-6, terdapat juga 4 dimensi yang melengkapi aspek kognitif. 

Ranah Afektif Taksonomi Kratwohl dulu dikembangkan dari taksonomi Bloom, dan kemudian banyak dikenal sebagai ranah afektif. Ranah ini meliputi konsep-konsep seperti menerima ide (Receiving Ideas); memberikan umpan balik pada ide yang ada atau suatu kejadian (Responding to ideas or phenomena); menilai idea atau konsep (Valuing ideas or materials); pengorganisasian atau pengelompokkan ide dan nilai (Organization of ideas and values). Pengelompokan tersebut dikendalikan oleh seperangkat nilai atau tindakan, yang secara konsisten sesuai dengan nilai-nilai yang telah dianut (internelised values). 

Pada tataran praktek, seorang siswa dapat meningkatkan sikap mental mereka, yang pada awalnya hanya peduli pada hasil belajar mereka menuju tingkatan memiliki nilai-nilai (values) hasil belajar yang menyatu (internalised), sehingga nilai-nilai sikap mental yang telah mereka miliki dapat mengendalikan mereka dalam bertindak, melalui tahapan-tahapan diatas, menerima, merespon, menilai dan menyatukan ide dan nilai pada diri mereka. Misalnya terkait ide upaya mencintai lingkungan, pada tahap awal siswa dapat sekadar menerima ide dan nilai pentingnya mencintai lingkungan, tetapi sampai pada kemampuan mengapresiasi pentingnya menyebarkan ide mencintai lingkungan pada siswa yang lain, terutama mereka yang satu generasi, untuk sadar secara berkelanjutan.  

Untuk memberikan gambaran yang lebih nyata, guru mengharapkan para lulusan dapat mengembangkan kemampuan untuk menghargai nilai-nilai di lingkungan sekitar mereka. Harapan guru inilah muncul setelah guru membina dan membimbing siswa dengan kerangka kerja ranah afektif, yang telah dibicarakan di atas. Ranah afektif ini juga tentunya dapat diterapkan pada cabang ilmu Seni dan ilmu Sosial Kemanusiaan, karena ranah ini terkait cara bagaimana siswa mempelajari nilai-nilai yang telah diajarkan. Sehingga, melalui ide tersebut guru mengharapkan siswa untuk dapat mempelajari nilai dan menghargai kesusastraan, musik, seni pertunjukan, budaya, dan sebagainya, sebagai bagian dari aktifitas belajar sistem seni dan kemanusiaan tersebut. 

Dari penjelasan di atas, wajar kiranya guru mengharapkan siswa atau lulusannya mampu menghargai pentingnya gagasan dan topik yang telah guru ajarkan, daripada sekadar mengingat atau menguasai ide dan topik-topik pembelajaran tersebut. Oleh karena itu, kesadaran siswa akan pentingnya mengetahui letak geografis kepulauan Indonesia, lebih penting daripada sekadar ingat atau memahami letak geografis Indonesia untuk kepentingan memperkirakan cuaca dan perubahan iklim. 




Sumber bacaan: 
O'Neill, G. and Murphy, F (2010): Assessment: A Guide to Taxonomy of Learning. UCD Teaching and Learning. 
https://www.ucd.ie/t4cms/ucdtla0034.pdf

Rosnawaty, L. (2022): Pelatihan Pembelajaran dan Penilaian pada Program Sekolah Penggerak di SMAN 19 Batam. 

JIKA MENGGUNAKAN 6 SISI PEMAHAMAN, LANTAS BAGAIMANA DENGAN TAKSONOMI K-13?

Saat ini warga pendidikan di Indonesia dikenalkan dengan Kurikulum Merdeka, tempat pendidik mulai menggunakan 6 aspek pemahaman sebagai salah satu rujukan pembelajaran. Apakah dengan demikian, taksonomi Bloom masih digunakan di Kurikulum 2013 (K-13)? Pertanyaan ini barangkali memantik pikiran kita, baik sebagai seorang pendidik maupun sekadar individu yang sedang mau belajar mendiskusikan pengembangan pembelajaran dan penilaian. 

Tulisan ini mencoba mengulas beberapa hal terkait taksonomi yang biasa digunakan di Kurikulum 2013 dan 6 aspek pemahaman yang mulai dicari dan dipelajari orang. Ulasan ini selanjutnya berdasarkan artikel yang ditulis oleh Patrict Ternan berjudul Bloom's Taxonomy and Understanding by Design, yang beliau tulis pada tahun 2011 di St. Mary Press. 

Seperti tulisan yang mencoba menggugang pemikiran pembaca, artikel ini menyajikan beberapa pertanyaan di awal tulisan, antara lain: Ketika kita bicara tentang pemahaman di kelas, apa yang sebenarnya kita maksudkan? apakah pemahaman itu kemampuan mengingat fakta dan angka? Apakah pemahaman itu menunjukkan bahwa siswa dapat merangkum hal-hal kunci dari sebuah pelajaran? Atau sesuatu yang lebih dalam dan lebih kompleks dari itu semua?



Bacaan: 

Tiernan, P. (2011): Bloom's Taxonomy and Understanding by Design. (an article)

https://www.smp.org/dynamicmedia/files/153d7453ba6e4fdd3b9dc772ae925fe2/TX002344-Blooms_Taxonomy_and_Understanding_by_Design.pdf 

Sunday, August 28, 2022

Memahami CP dengan Pendekatan Understanding by Design (UbD)

 


Pendekatan UbD

Understanding by Design (UbD), oleh ahlinya, Wiggins dan McTinge (2005), disebut juga sebagai Model Susun Balik (Backward Design). Hal ini karena UbD lebih memfokuskan pada hasil belajar daripada pada proses belajar. Lebih lanjut, D'Angelo, Thoron, and Bunch (2019) menyebutkan bahwa Backward Design Model adalah model pembelajaran yang menekankan pada Tujuan Belajar sebagai Hasil Belajar sebelum merencanakan aktivitas pembelajaran. Oleh karena itu, yang pertama ditetapkan adalah Hasil Belajar, Bukti Belajar, baru kemudian Langkah Belajar. Melalui model ini pendidik dapat menyampaikan tujuan yang jelas harus terwujud di akhir pembelejaran. Dengan tujuan yang jelas tersebut, justru hasil yang lebih tinggi sering tercapai oleh para siswa. 

Secara lebih operasional, Understanding by Design (UbD) adalah sebuah pendekatan atau cara pandang terhadap pembelajaran, yang menjadi rujukan dalam mengembangkan dan memahami Capaian Pembelajaran (CP) Kurikulum Merdeka (Kemdikbudristek, 2022: 12). Pendekatan (atau pandangan) Understanding by Design (UbD) ini terwujud dalam 3 langkah, yaitu (1) Penetapan Hasil Belajar, (2) Penentuan Bukti Belajar, dan (3) Perancangan Kegiatan Belajar, agar bukti belajar terwujud (observable) dan tujuan belajar tercapai (achievable).

Ketika guru menempuh langkah 1, Penetapan Hasil Belajar (PHB), guru dapat mempertimbangkan beberapa pertanyaan berikut sebagai pemicu arah KBM: Di akhir belajar, apa yang siswa harus mampu lakukan, ketahui, dan pahami?; Materi apa yang harus diajarkan? Susunan materi seperti apa yang bisa menghantarkan siswa pada hasil belajar? Pemahaman jangka panjang apa yang diharapkan dari pembelajaran ini?

Beberapa alternatif jawaban atas pertanyaan diatas, misalnya: Setelah belajar materi kecepatan dan unsur-unsurnya, siswa dapat menghitung jarak, waktu, maupun kecepatan kendaraan. Dia akan mengetahui hubungan antar 3 unsur jarak, waktu, dan kecepatan. Siswa tersebut juga akan memahami bagaimana 3 unsur jarak, waktu, dan kecepatan dirumuskan, dihitung dan digunakan untuk memprediksi segala gerak, termasuk alat transportasi. Pemahaman jangka panjang yang siswa dapat pahami adalah kapan dan dimana arus mudik lebaran yang menggunakan transportasi darat akan mencapai puncaknya. 

Penetapan Hasil Belajar (PHB) tentunya memiliki kaitan dengan 6 Sisi Pemahaman (6 facets of Understanding), sebagai aspek-aspek yang harusnya tercapai di akhir pembelajaran. 6 Sisi Pemahaman tersebut meliputi Kemampuan Menjelaskan (Explanation), Kemampuan Menterjemahkan (Interpretation), Kemampuan Menerapkan (Application), Kemampuan Memberikan Pandangan (Perspective), Kemampuan Menunjukkan Empati (Emphaty), Memiliki Pengetahuan Diri (Self-Knowledge). 




Tulisan ini akan berusaha mengupas beberapa hal terkait pendekatan UbD ini, melalui ciri-cirinya.  



Bahan Bacaan

Kemdikbudristek (2022): Panduan Pembelajaran dan Asesmen. https://kurikulum.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2022/06/Panduan-Pembelajarn-dan-Asesmen.pdf 

https://edis.ifas.ufl.edu/publication/WC322


Sunday, August 7, 2022

REMINDERS: DON'T WAIT FOR THE PERFECT MOMENT

 

Pagi ini cerah, namun gerak belum menuju ke 'sasaran' sebuah aktifitas yang bisa memberikan hasil hari ini. Mencari trigger dengan menggali inspirasi baru, entah gambar, motto, atau pengingat. Syukurlah muncul pengingat (reminder) dari InspirationCabin.com: Don't wait for the perfect moment. Take the moment and make it perfect. Ungkapan ini tidak hanya mengingatkan tetapi juga memotivasi penulis. Karena untuk melakukan sesuatu, kadang tidak perlu menunggu waktu (moment) yang tepat. Intinya setiap waktu adalah waktu yang tepat untuk melakukan hal-hal terbaik. Hal ini sebenarnya sudah ada inspirasi dari bulan pertama tahun hijriah, yang secara kultur banyak larangan melakukan sesuatu di bulan muharram (syuro). Hal ini tidak benar, kapan saja kita akan melalukan sesuatu yang baik, lakukan saja.  

Not waiting for a perfect moment juga sejalan dengan prinsip yang kemaren penulis tetapkan, yaitu Segera Lakukan Saat Ini (SLSI). Prinsip ini ditetapkan untuk terus mendorong berjalannya program di sekolah penggerak. Ada beberapa inspirasi dari kegiatan yang dilakukan secara langsung, seperti couching, pembelajaran paradigma baru, dan digitalisasi sekolah. Couching dilakukan untuk mendorong staf untuk berbuat sebaik mungkin dalam melaksanakan program baik yang reguler maupun pengembangan. Pembelajaran paradigma baru diterapkan kepada peserta didik, yang diawali oleh komite pembelajaran. Digitalisasi dilaksanakan baik secara fisik maupun Sumber Daya Manusia (SDM). 




Sunday, July 31, 2022

Merdeka Belajar - Semangat Baru

 

MERDEKA BELAJAR


Bismillah. Tulisan ini merupakan buah karya terbaru, setelah penulis lebih banyak membaca berbagai tulisan terkait informasi baru dunia pembelajaran. Dalam penulisannya,  penyaji juga kembali mempertimbangkan cara mengorganisir informasi. Hal ini bertujuan agar pembaca menikmati goresan ide ini lebih enak. Seiring dengan hal tersebut pembaca juga dapat menyerap info ini dengan nyaman.

Apa info baru dunia pembelajaran?

Dunia pembelajaran mendapatkan warna baru, yaitu Merdeka Belajar. Apa itu Merdeka Belajar? Merdeka Belajar, menurut Mendikbudristekdikti, adalah kebijakan yang memberikan keleluasaan satuan pendidikan untuk memberikan kebebasan peserta didik untuk memilih mata pelajaran. Pilihan tersebut tetap sesuai struktur kurikulum namun lebih bebas (fleksibel) dan lebih mengutamakan kedalaman daripada keluasan. Ciri utama yang paling nyata adalah pertama, siswa kelas X tidak mengambil peminatan (penjurusan) secara langsung. Kebijakan ini bertujuan agar peserta didik memiliki wawasan yang cukup untuk menentukan pilihan kelompok mata pelajarannya ketika naik ke kelas XI. Kedua, peserta didik melaksanakan kegiatan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Kegiatan ini serupa kokurikuler, namun tujuannya menguatkan sikap yang ada dalam 6 dimensi Profil Pelajar Pancasila. Ketiga, siswa didorong menggunakan platform belajar secara digital yang telah disediakan melalui akun belajar.id. Akun ini memberikan siswa fasilitas gratis berupa email, drive penyimpanan, google class, serta layanan yang lain terkait kegiatan pendidikan. 

Dalam Kurikulum Merdeka dikenalkan beberapa istilah seperti Capaian Pembelajaran (CP), Tujuan Pembelajaran (TP), Alur Tujuan Pembelajaran (ATP), Modul Ajar (MA), Pembelajaran Projek, dan beberapa istilah lain. Pada aspek penilaian yang tidak terlepas dari pembelajaran, pemerintah memperkenalkan asesmen diagnostik, asesmen formatif, dan asesmen sumatif. Serangkaian istilah itulah yang beberapa waktu terakhir ini terus digali oleh para insan pendidikan untuk dilihat betul apa sebenarnya, sehingga implementasi pembelajaran bagi anak Indonesia dapat dioptimalkan sebaik mungkin. 

Apa yang langsung tampak baru di sekolah?

Sebagai akibat langsung perubahan adalah beberapa praktek kegiatan di sekolah. Pertama, pembudayaan semboyan Profil Pelajar Pancasila. Profil ini berisi 6 dimensi sikap kebangsaan dari peserta didik, yaitu (1) Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (2) Mandiri, (3) Gotong-Royong, (4) Kreatif, (5) Berfikir Kritis, dan (6) Berkebhinekaan Global. Semboyan ini dibacakan oleh seorang petugas upacara, untuk selanjutnya diikuti oleh seluruh peserta upacara. Lebih jauh, 6 dimensi Profil Pelajar Pancasila ini merupakan jalan menuju Visi Pendidikan Indonesia yang Maju, Berdaulat, dan Berkepribadian (LPPKSPS, 2021). 

Hal kedua yang tampak di sekolah adalah pembelajaran projek. Pembelajaran ini dirancang untuk mendorong siswa memiliki 6 (enam) sikap diatas melalui kegiatan projek yang mereka buat. Untuk memudahkan guru dalam memahami projek ini, banyak dijelaskan bahwa projek ini adalah kegiatan kokurikuler yang menyertai kegiatan intrakurikuler, sehingga keduanya dikelola secara terjadwal di pagi hari. Hal ini berbeda dari kegiatan ektrakurikuler yang dilaksanakan biasanya di sore hari, setelah pembelajaran pagi.  

Hal baru ketiga yang terjadi di satuan pendidikan adalah peran (intervensi) kemdikbudristek di sekolah penggerak. Terdapat 5 intervensi kemdikbudristekdikti kepada satuan pendidikan: (1) pengembangan Sumber Daya Manusia, (2) pendampingan konsultatif dan asimetris, (3) perencanaan berbasis data, (4) digitalisasi sekolah, dan (5) pembelajaran paradigma baru.

Perubahan keempat yang muncul diantara warga pendidik di sekolah adalah beberapa kegiatan yang dilakukan seperti pertemuan Couching, Penguatan Komite Pembelajaran, dan Projek Managemen Officer (PMO). Couching adalah upaya pendamping ahli dalam melatih kepala sekolah untuk menggali diri, mengeluarkan kemampuan manajerialnya, serta menuangkannya ke rencana program yang akan dilakukan selama satu bulan ke depan. Rencana tersebut terkait implementasi Kurikulum Merdeka di satuan pendidikan. Penguatan Komite Pembelajaran biasanya berupa pelatihan oleh Pelatih Ahli kepada Pengawas, Kepala Sekolah, dan 3 anggota Komite Pembelajaran. Kegiatan ini diadakan oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kemdikbudristekdikti, seperti LPPKSPS atau P4TK. 

Demikian beberapa informasi baru terkait Merdeka Belajar dan praktek-praktek baru di satuan pendidikan. Semoga bermanfaat dan mendukung Visi Pendidikan Indonesia menuju Indonesia yang Maju, Berdaulat, dan Berkepribadian. Salam Indonesia. 

Bacaan: 
https://nasional.tempo.co/read/1559761/nadiem-makarim-luncurkan-program-merdeka-belajar-tak-ada-paksaan-ke-sekolah.

Friday, February 21, 2020

Belajar dari Pemandangan



Beautiful Bengkulu, Provinsi Bengkulu, P. Sumatra (2019)
Speechles melihat pemandangan yang Allah hamparkan di bumi Sumatera, Maha Suci Allah, tidak sia-sia Engkau ciptakan bumi ini, maka ampunillah dosa-dosa kami (sekiranya kami tidak bijak dalam mensyukuri anugerah ini).

Ungkapan itulah yang melintas di pikiran penulis saat dia melihat indahnya lembah di sekitar kota Bengkulu, tahun 2019. Membayangkan luasnya wilayah ini, masih saja terus bertanya gimana kuatnya semangat bangsa Eropa mencari daerah-daerah baru untuk mendapatkan hasil buminya. Mereka terus saja mencari dan menggali potensi bahan mentah untuk diolah menjadi produk jadi dengan harga yang jauh lebih tinggi dari harga bahan mentah, yang langsung dijual ke pasaran. 



Sunday, November 10, 2019

Perjalanan mempelajari kehidupan yang baru saja dijalani telah selesai.

O, sisir itu adalah ....  Kata "sisir" secara umum adalah alat untuk merapikan rambut. Namun kata "sisir" dapat diperlua...